Nusa Lembongan, Sensasi Berbeda Pulau Dewata
Bicara tentang Bali
biasanya pikiran kita akan langsung tertuju pada Tanah Lot, Kuta, Sanur, Legian
atau Jimbaran. Padahal, ternyata Bali masih menawarkan begitu banyak destinasi menarik
lainnya yang menanti untuk dikunjungi. Salah satu tempat menarik yang
mengundang rasa penasaran saya adalah Nusa Lembongan. Nusa Lembongan adalah
salah satu pulau kecil di Bali yang menjanjikan panorama alam dan laut yang
indah, kearifan lokal yang masih terjaga, serta menyediakan beragam jenis
wisata menarik, seperti snorkeling, diving, hingga mangrove forest tour.
Untuk sampai ke Nusa
Lembongan tak sulit namun agak sedikit memakan waktu. Hingga saat ini,
perjalanan menuju Nusa Lembongan hanya bisa ditempuh melalui jalur laut
menggunakan kapal kayu penduduk atau speed boat. Transportasi yang saya pilih
waktu itu adalah speed boat yang berangkat tiap 1 jam dari Dermaga Pantai
Matahari Terbit, Sanur menuju Nusa Lembongan. Pembelian tiket speed boat tujuan
Nusa Lembongan dapat langsung dibeli di loket yang tersedia di Dermaga Sanur
dengan harga tiket sebesar Rp100.000 per orang untuk satu kali perjalanan. Itu
artinya, jika teman traveler ingin membeli tiket pulang – pergi sekaligus Anda
harus merogoh kocek sebesar Rp200.000 per orang. Perjalanan menggunakan speed
boat akan memakan waktu kurang lebih 30 menit, dan speed boat akan berlabuh di
Dermaga Jungutbatu, Nusa Lembongan.
|
Dermaga Sanur |
|
Dermaga Sanur |
Begitu sampai di Dermaga
Jungutbatu, Anda akan langsung berjumpa dengan banyak penjaja motor sewaan.
Jangan heran, sebab motor memang satu-satunya transportasi yang paling pas
digunakan untuk mobilisasi di pulau ini. Meskipun begitu, adapula sepeda dan
angkutan semacam mini shuttle bus yang umumnya sengaja disediakan oleh para pemilik
hotel atau cottage untuk para tamu
yang menginap di tempat mereka. Untuk menyewa motor, Anda harus membayar
sebesar Rp100.000 per hari. Harga tersebut sebenarnya masih bisa kurang jika
Anda mau sedikit bekerja keras untuk menawar hehe...
Berkeliling mengeksplorasi
Nusa Lembongan dengan bersepeda motor memberikan challenge dan keseruan tersendiri. Terlebih, medan yang harus
ditempuh tidak terlalu mulus, naik turun berkelok-kelok dikelilingi birunya
panorama laut berselingan dengan perbukitan dan hutan-hutan lebat. Sesekali
saya berhenti dan turun sejenak dari motor untuk mengabadikan keindahan yang
ada di sekitar dalam bidikan kamera.
Selain masalah
transportasi, masalah lain yang sering memicu kekhawatiran saat liburan adalah
soal hotel atau penginapan. Namun, kekhawatiran tersebut tak berlaku ketika
saya berada di Nusa Lembongan. Sebabnya, ada begitu banyak hotel ataupun cottage yang dilengkapi dengan berbagai
fasilitas, tetapi harganya sangat terjangkau. Bisa saya katakan bahwa Nusa
Lembongan sangat cocok bagi budget
traveler seperti saya karena di sana kita masih bisa menemukan hotel atau cottage dengan harga kamar Rp200.000-an
per malam, namun sudah lengkap dengan fasilitas layaknya hotel mahal, seperti swimming pool.
Tak seperti Legian, Ubud,
Jimbaran, atau destinasi wisata lainnya di Bali yang sudah begitu ramai dengan
hiruk-pikuk wisatawan hingga 24 jam nonstop, Pulau Nusa Lembongan terbilang
masih cukup hening, sangat cocok sebagai tempat relaksasi dari kepenatan.
Kalaupun ada, wisatawan yang menyambangi pulau ini belum seramai seperti di
tempat-tempat lainnya, dan kebanyakan di antara wisatawan yang berkunjung ke
Lembongan justru wisatawan asing, bukan turis lokal.
Penduduk Lembongan pun
terbilang tak terlalu padat, dan menariknya, mereka masih sangat mempertahankan
keramahan, kesederhanaan, serta kearifan lokal mereka di saat harus
berinteraksi dengan para wisatawan yang “bertamu” ke desanya. Siang hari
berjalan sunyi di Lembongan, dan saat malam tak ada hingar-bingar musik atau
kerlap-kerlip lampu nightclub. Pukul
22.00 WITA, kebanyakan masyarakat termasuk para wisatawan yang bermalam di
Lembongan sudah tak melakukan aktivitas apapun di luar rumah atau penginapan.
Jam 10 malam, Lembongan sudah gelap gulita
hehe...
|
Nusa Lembongan |
|
Dermaga Jungutbatu |
|
Dermaga Jungutbatu |
Panorama Point
Ada satu spot yang tidak boleh dilewatkan jika
kita berkunjung ke Nusa Lembongan, yaitu Panorama Point. Panorama Point
terletak tak jauh dari Dermaga Jungutbatu, hanya berkisar 15 menit menggunakan
motor. Panorama Point adalah sebuah spot yang berada di atas perbukitan, di
mana dari spot tersebut kita dapat
menyaksikan hamparan keindahan panorama Nusa Lembongan dari kejauhan yang
tampak seperti lukisan.
|
Panorama Point |
|
Panorama Point |
Mangrove Forest Tour
Mungkin diving atau snorkeling sudah menjadi aktivitas yang biasa saat kita mengunjungi
Bali. Jika ingin sesuatu yang berbeda, mangrove
forest tour bisa menjadi aktivitas yang menarik untuk dicoba. Inilah salah
satu aktivitas yang paling ingin saya lakukan ketika berada di Nusa Lembongan,
dan akhirnya kesampaian. Mangrove forest
tour menawarkan kegiatan eksplorasi hutan mangrove atau bakau menggunakan
perahu kayu. Kita akan dibawa berkeliling hutan mangrove dan menikmati liarnya alam
pesisir selama kurang lebih 1 jam. Benar-benar menghadirkan sensasi berbeda.
Untuk mendapatkan itu
semua, kita hanya perlu membayar sebesar Rp150.000 yang merupakan ongkos sewa
sebuah perahu kayu berkapasitas 2 orang lengkap dengan 1 orang pendayung yang
sekaligus akan menjadi guide selama
perjalanan. Beruntungnya saya, waktu itu saya bisa mendapatkan harga yang lebih
murah, hanya sebesar Rp100.000, setelah berusaha keras menawar harga pada si
pemilik perahu hehe...
|
Mangrove Forest |
|
Mangrove Forest |
|
Mangrove Forest |
|
Mangrove Forest |
Sebelum memulai
perjalanan menggunakan perahu kayu, kita terlebih dahulu harus berjalan kaki
memasuki area hutan bakau dan menyeberangi sebuah jembatan kayu yang kanan
kirinya dipenuhi pepohonan bakau. Ada sedikit kengerian saat mulai memasuki
area rawa, saya khawatir bagaimana jika tiba-tiba ada buaya atau ular besar
muncul di hadapan?! (Mungkin efek terlalu
banyak nonton film haha...)
Setelah melewati
jembatan kayu, barulah kita sampai pada dermaga kecil tempat berlabuhnya perahu-perahu
kayu. Dari sanalah perjalanan mangrove
forest tour dimulai. Saya bersama dengan seorang teman menaiki sebuah
perahu kayu kecil dengan ditemani pendayung sekaligus guide kami yang bernama Pak Wayan. Perjalanan mengelilingi hutan
mangrove kami mulai, satu persatu hal menarik kami temui di tengah perjalanan tak
ayal membuat kami berdecak kagum. Mulai dari merasakan suasana hutan dan rawa
yang hening diselingi sesekali kicauan burung, dikejutkan oleh Biawak yang tiba-tiba
berlarian dari satu batang pohon ke pohon lainnya, hingga indahnya pemandangan
laut lepas disaksikan dari tepi hutan bakau. Benar-benar pengalaman yang luar
biasa.
|
Mangrove Forest Tour |
|
Mangrove Forest |
|
Mangrove Forest |
Nusa Lembongan, Pulau Penghasil Rumput Laut
|
Salah satu pura di Jungutbatu, Nusa Lembongan |
Selain panorama point
dan hutan mangrove-nya, Nusa Lembongan juga memiliki banyak pura-pura cantik
yang sayang jika tidak diabadikan dalam bidikan kamera. Namun, ada satu lagi ciri
khas lain dari pulau ini, yakni rumput lautnya. Nusa Lembongan dikenal sebagai
penghasil rumput laut. Sebagian besar masyarakatnya yang tinggal tak jauh dari
pantai menjadikan budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian. Saat
berkeliling pulau ini, jangan heran, jika teman traveler akan melihat begitu
banyak hamparan rumput laut yang sedang dikeringkan hampir di setiap halaman
rumah penduduk. Bahkan karena saking banyaknya, aroma rumput laut yang sangat
khas pun akan tercium dari jauh.
|
Aktivitas masyarakat Lembongan pada siang hari |
|
Masyarakat Lembongan menjadikan budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian |
|
Rumput laut yang sedang dikeringkan di halaman rumah penduduk |
|
Rumput laut yang sedang dikeringkan |